RUMORED BUZZ ON INTELIJEN INDONESIA

Rumored Buzz on intelijen indonesia

Rumored Buzz on intelijen indonesia

Blog Article

Intelligence since the “first line of battle” requires adaptation towards the situations and threats. The orientation in institutional growth is on the improvement that synergizes 5 areas; democracy along with the ideas from the rule of regulation, professionalism, adaptation to technological developments, the chance to examine modern threats, and transformation with the capabilities supplied by the condition to get greatest success.

When Soeharto ‘resigned’ from his submit as President in Might 1998 in the tension on the political Professional-democracy movement and also a lower in guidance with the civilian political elite, his successors couldn't straight away make radical variations to your construction and culture with the intelligence companies.

[9] Hal utama yang perlu diperhatikan dalam reformasi intelijen adalah mengubah paradigma intelijen dari alat penguasa dengan kewenangan dan kekuasaan yang tak terbatas menjadi intelijen sebagai organisasi atau producer

yang dengan kecerdasannya mampu memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat terkait potensi ancaman negara kapada costumer

Rizal menambahkan bahwa tim pengawas intelijen seharusnya memiliki kewenangan penyidikan dalam kasus penyimpangan. Hal ini bertujuan agar pengawasan tidak hanya bersifat formalitas, tetapi juga mampu mengungkap penyalahgunaan wewenang dalam lembaga intelijen. Reformasi Intelijen Indonesia harus mendorong pengungkapan penyalahgunaan wewenang.

Konfik yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah pada 1998-2001 juga merupakan salah satu contoh. Konflik di Poso melibatkan konflik antara agama Islam dan Kristen yang berakibat pada kerusuhan massal yang memakan banyak korban meninggal, korban luka, dan tempat peribadatan dan rumah yang dibakar oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Jika kegiatan/operasi tersebut terbukti melanggar hukum maka yang bertanggung jawab adalah pemberi perintah operasi. Dalam beberapa kasus kebutuhan politik akhirnya menyerat pelaku-pelaku kegiatan/operasi intelijen untuk diadili namun tidak pernah menyentuh degree user

Pendadakan strategis yang sudah terjadi harus diwaspadai polanya sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan. Dalam konteks negara Indonesia, institusi yang paling tepat untuk mempelajari dan mencegah pendadakan strategis adalah intelijen.

Other radical groups, specifically NGOs which have been dissatisfied and disappointed with the government, such as Imparsial

’) or Dual-function of Armed Forces of the Republic of Indonesia which was delivered in 1958 and later on adopted in the course of the Soeharto administration. This idea is a means for ABRI to not be beneath civilian Manage, but concurrently never to dominate in order that it gets a navy dictatorship. On 17 October 1952, Nasution [and Normal Simatupang] mobilized their troops to encircle the Presidential palace to protest civilian interference in army affairs, and aimed the cannon muzzle in the palace.

Reformasi Intelijen dalam konteks metode kegiatan/operasi yang harus dilakukan adalah penekanan akan penghormatan kepada hak asasi manusia sekaligus taat pada aturan bahwa intelijen bukan penegak hukum.

Selain separatisme, di daerah-daerah pedalaman Indonesia sangat rawan dengan masalah perbatasan. Kalimantan Barat dan Timur yang berbatasan dengan Malaysia mempunyai kerawanan sosial yang tinggi dan jika tidak dikelola dengan baik maka akan berpotensi menjadi masalah.

Sebelumnya pada awal tahun 1998- 2005 aksi terorisme di Indonesia mempunyai modus serangan dengan skala besar seperti perampokan,peracunan, pengeboman daya ledak tinggi, dan mereka mempunyai goal musuh, yaitu musuh jarak jauh (

Soeharto’s method from the nineteen seventies was to build ‘contestation’ amongst establishments in order that they might intelijen indonesia never ‘unite’ towards Suharto, who ended up putting all intelligence organizations under his direct Handle. Though Soeharto selected BAKIN as a strategic intelligence company, he did not instantly disband KOPKAMTIB and Opsus. Soeharto also ‘strengthened’ the figure in the “Intelligence Assistant” beneath the Ministry of Defense and Safety who was expected to immediate concurrently the ABRI’s (Commander of the Armed Forces of the Republic of Indonesia) controlled territorial navy intelligence units, KOPKAMTIB, and BAKIN, which often ran overlapping operations as well as competed With all the goal of securing Soeharto’s pursuits.

Report this page